Selasa, 09 Juni 2009

Musik Dol

Dol pertama kali dibawa oleh pedagang dari India. Bentuknya hampir mirip gendang terbuat dari kulit sapi. Ukurannya bervareasi. Diameter Dol terbesar sekitar 70 centimeter dengan tinggi 80 centimeter.

Alat musik tradisional Bengkulu ini terbuat dari bongol buah kelapa atau pohon nangka. Masyarakat Bengkulu sangat akrab dengan alat musik Dol. Mereka biasanya bermain Dol secara berkelompok di rumah-rumah atau sanggar kesenian. Peminatnya tak terbatas pada orang dewasa atau remaja.

Dol, alat musik tradisional Bengkulu ini mulanya hanya tampil setahun sekali untuk mengenang cucu Nabi Muhammad SAW di Padang Karbala Husin bin Ali Abu Thalib. Perayaan ritual Tabot setiap bulan Muharam rasanya memang belum terasa lengkap jika tidak diiringi dengan suara dentuman Dol.

Sekitar 150 tahun lalu, Dol memiliki diameter sepanjang 90 centimeter dengan tinggi 100 centimeter. Secara turun temurun, Dol peninggalan zaman dulu dirawat hingga akhirnya sampai ke tangan Abdul Salam, sebagai orang turunan ke 5 pembuat Dol.

Bahan untuk membuat Dol juga tidak lagi hanya dari batang pohon rambutan atau cempedak. Bola pelampung dan bongol kelapa juga dapat digunakan.

Beginilah cara pembuatan dol dari batok kelapa. Setelah diamplas dan terlihat halus, lalu dicat warna warni. Sebagai penutup digunakan kulit sapi.

Beda lagi membuat Dol dari bongol kelapa. Proses pembersihan bongol kelapa ini agak sulit karena harus dibentuk lebih dulu.

Prosesnya memang hampir sama. Bedanya proses pengikatan kulit sapi pada bongol kelapa besar ini harus kencang dengan menggunakan rotan. Tali rotan dililit satu persatu ke arah vertikal dan horizontal agar ikatan kuat.

Besar kecil Dol tidak mempengaruhi suaranya, karena suara Dol besar ini misalnya, berasal dari senar yang dipasang didalam dol besar. Sedangkan suara Dol kecil berasal dari tebal atau tipisnya kulit sapi.

Bila anda penasaran dengan perbedaan irama Dol yang dimainkan, itu berasal dari pukulannya. Ada tiga jenis pukulan pada Dol yang harus ada yaitu suweri untuk perjalanan panjang, suwena untuk berduka cita dan tamatang untuk suasana riang.

Warna irama dol yang berbeda tersebut lebih terasa ketika dimainkan pada satu lagu.
Dalam festival Dol kali ini penambahan warna suara tidak hanya berasal dari pukulan Dol, tapi berasal dari kombinasi dengan alat musik lain seperti gitar. Ada pula yang berkreasi dengan pukulan kulintang, mangkuk dan belalai gajah.

Modifikasi yang dimasukan dalam musik dol tidak akan mengubah nilai musik Dol. Seorang pengamat musik etnik sudah menjaminnya.

Dalam festival Dol kali ini akhirnya kemenangan berpihak pada kreatifitas, harmonisasi dan kekompakan. Peserta dari dari Kabupaten Bengkulu Utara yang mengkombinasi alat semacam belalai gajah dengan alat musik Dol menuai penghargaan atas usaha dan kreatifitas mereka mengusung dol keatas pentas.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Cari Blog Ini